Selasa, 12 April 2011

Test Ride Honda CBR 250R non ABS, Tetap Aman dan Nyaman!



Menjajal CBR250R di Thailand sudah, di jalanan Indonesia pakai versi Thailand juga sudah. Ngebut di Sentul naik CBR250R ABS juga sudah. Nah, kini giliran jalan-jalan pakai CBR250R non ABS!

Bukan sekedar mengeksplorasi pengeremannya, tapi pengetesan kali ini juga lebih detail soal beberapa fiturnya. Pasalnya, pengetesan ini tidak sesaat, tapi selama 4 hari segala aktifitas kru redaksi wara-wiri kesana-kemari selalu di temanin si CBR250R.

Handling

Bicara handling, tetap konsisten mengakui motor ini cukup nyaman dipakai harian meski secara ukuran cukup gambot. Tinggi jok ke tanah mencapai 0,78 meter memang membuat pengendara yang tingginya kurang dari 170 cm harus repot menapakan kakinya ke tanah.

Tapi kesulitan ini terbayar ketika sudah dalam posisi berkendara yang sempurna. Posisi kaki yang nyaman dan stang jepit yang tidak terlalu tinggi membuat badan tidak terlalu merunduk. Masih nyaman untuk harian.

Konstruksi sasis dan mesin 1 silindernya yang lebih ringan disinyalir berkontibusi membuat motor ini nyaman diajak selap-selip. Cukup ringan ingan saat mengubah arah dalam kecepatan rendah sekalipun. Jadi saat terjebak macet tidak terlalu menguras tenaga.

Suspensinya pun nyaman, lubang tak terlalu besar dan jalan bergelombang bisa diredam dengan baik. Karakternya pas, tak terlalu keras bikin pinggang tetap santai. Tapi bila mengingat kemampuannya saat diajak ngebut di Sentul beberapa waktu lalu, suspensi ini cukup mantab menjaga kaki-kaki tetap stabil di kecepatan tinggi sekalipun.

Sedang urusan pengereman, saat dipakai dalam kecepatan rendah dan kondisi jalanan kering, hampir tak ada bedanya dengan versi Combine Antilock Brake System (C-ABS). Buat harian yang tidak perlu kecepatan terlalu tinggi, rem tanpa ABS masih sangat bisa diandalkan.

Dan ban standarnya yang lebih besar dari kompetitornya ini juga menambah kenyamanan. Ban dengan ukuran depan 110/70-17 dan belakang 140/70-17 membuat manuver di tikungan lebih percaya diri. Tanpa sadar sepatu berkali-kali nempel aspal karena terlalu rebah, padahal motor masih terasa stabil.
Performa

Urusan performa sama saja seperti ketika menjajal CBR250R versi Thailand. Secara spesifikasi versi Thailand dan Indonesia memang tak ada bedanya. Mesin satu silindernya memiliki torsi besar sekaligus bobot ringan.

Handling yang mudah disempurnakan dengan karakter torsi besar sejak di putaran bawah. Power mesin 4-tak, DOHC, satu silinder, 4 klep ini pun halus dan terasa terus "ngisi" hingga 10.000 rpm.

Untungnya meski, kompresinya tinggi (10,7 : 1) dan suhu Jakarta yang panas, enggak perlu khawatir over heat karena radiator CBR250R sudah ditambah kipas pendingin. Meski begitu, cukup terasa mesin bekerja keras menahan panas, sebab saat melintasi jalanan macet berkali-kali kipas menyala secara otomatis.

Pernah dicoba mengukur akselerasi Honda CBR250R dengan Vericom VC3000, Mulai dari menempuh jarak 0–100 meter, dibutuhkan waktu 6,54 detik di kecepatan 88 km/ jam. Berlanjut ke jarak 0–201 meter. Jarak yang biasa dipakai di drag ini, tembus 10,33 detik dengan kecepatan 106,5 km/jam. Sangat responsif!


Fitur

Speedometer CBR250R boleh diacungi jempol. Berkendara di siang hari, semua indikatornya tetap mudah terbaca. Masuk malam hari, perpaduan warnanya cukup menarik dengan iluminasi warna biru membuat data bensin, suhu mesin, jam, trip meter hingga angka kecepatan terbaca jelas.

Sayangnya, CBR250R ini tidak dilengkapi dengan kunci setang dengan pengaman bermagnet. Padahal tipe lain seperti New MegaPro dan Honda Tiger hingga bebek sekelas Revo sudah mengadopsi fitur Secure Key Shutter ini.

Pandangan ke belakang lewat spion sangat jelas terlihat, tapi saat melintas di jalanan macet harus hati-hati jangan sampai spion nyangkut kendaraan lain karena ukurannya yang cukup besar.

Hal yang sama juga terjadi pada posisi knalpotnya yang terlalu menjorok keluar. Cover knalpot yang desainnya yang menarik jadi gampang baret saat diparkir atau ketika masuk di tempat sempit.

Oiya, posisi standar samping yang terlalu nyempil ke dalam juga cukup menyulitkan bagi yang pertama kali menyemplak CBR250R, butuh adaptasi.
Konsumsi Bahan Bakar

Diukur secara "top up", tanki diisi penuh lalu dipakai jalan hingga 100 kilometer dalam berbagai kondisi jalanan. Mulai dari macet hingga dibawa ngebut saat jalanan lengang. Kemudian tanki diisi penuh kembali untuk mengetahui banyaknya bahan bakar jenis pertamax yang dipakai.

Hasilnya satu liter pertamax bisa digunakan untuk menempuh jarak hingga 28 kilometer. Sedikit lebih hemat dari klaim Honda yang menyebutkan 1 liter : 27 kilometer. (motorplus-online.com)

Honda Kembangkan Airbag Baru Untuk Sepeda Motor



Inovasi Honda pada fitur airbag di sepeda motor tidak berhenti sampai produksi Honda Goldwing. Pabrikan dengan logo sayap mengepak ini kembali mengembangkan desain airbag baru untuk sepeda motor.

Jika pada Honda Goldwing airbag mengembang dari tanki, airbag baru yang dikembangkan Honda berbeda. Yang ini mengembang dari sela-sela panel instrumen atau diantara headlamp dan panel speedometer. Bentuk kantong udaranya pun jauh lebih tinggi dari yang dimiliki Goldwing.

Tujuannya, airbag diharapkan mampu meredam benturan pengendara yang terlempar ke depan saat motor yang dikendarainya mendadak berhenti akibat menabrak sesuatu.

Desain ini diungkapkan Honda lewat sebuah gambar yang digunakan dalam pengurusan paten. Honda pun terlihat memasang fitur ini pada sebuah Honda CB1300.


Dalam gambar ini juga terungkap kantong udara yang mengembang bisa diubah arahnya ke kanan atau ke kiri sesuai arah terlemparnya pengedara. Jadi meskipun arah motor ke kanan tapi pengendara terpelanting lurus, air bag ini akan tetap mengembang mengikuti posisi pengendara.

Setelah ABS (antilock bracking system), rasanya airbag bakal jadi standar safety sepeda motor dunia.

Vespa LX 150ie, Si Imut Pakai Kombinasi Roda Janggal


Sebentar lagi, PT Piaggio Indonesia (PI), ATPM merek Piaggio dan Vespa di Indonesia bakal meluncurkan tiga model baru. Salah satu yang ditunggu adalah Vespa LX 150ie. Meski sudah banyak beredar di Indonesia, tapi harga jual melalui PI lebih murah!

Vespa LX 150ie yang dibawa PT ke Indonesia dirakit di fasilitas produksi Piaggio di Vietnam. Skema perjanjian ekonomo, AFTA membuat import duty-nya nol persen.

Wajar bila akhirnya Piaggio bisa melego model ini di kisaran Rp 19-25 jutaan. Padahal, lewat importir umum dan didatangkan langsung dari Italia, harganya melambung sampai Rp 50 jutaan. Penasaran seperti apa spesifikasinya? Ayo kita lihat bersama.

Yang pertama harus diperhatikan adalah bodinya. Jangan kira bentuknya yang imut itu sepenuhnya terbuat dari plastik. Vespa LX 150ie ini masih sama seperti Vespa terdahulu yang mengadopsi sasis monocoque.

Ada beberapa bagian bodi seperti bagian gembung di samping itu adalah bagian dari sasis yang terbuat dari baja. Sedang spatbor dan cover bawah bodi samping serta pijakan kakinya baru terbuat dari cover berbahan sejenis plastik.

Sedang mesinnya, 4 langkah satu silinder. Konstruksi di kepala silindernya masih SOHC (Single Overhead Camshaft) dengan dua klep. Meski begitu, kapasitas mesinnya cukup besar yaitu 150cc. Uniknya, selain berkapasitas mesin besar, karakter ruang bakarnya pun over bore.

Diameter pistonnya lebih besar ketimbang stroke. Vespa LX 150ie ini menggunakan ukuran piston 62.8 mm dan stroke 48.6 mm. Piaggio mengklaim powernya mencapai 11,9 dk dan torsinya 11.8 Nm. Dengan tenaga ini, kecepatan maksimum 95 km/jam. Kok pelan? mungkin karena diameter rodanya yang imut.
Tapi yang menarik, model ini sudah dilengkapi sistem pengabutan bahan bakar tipe injeksi. "Teknologi fuel injection menawarkan keunggulan yang lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar," jelas Sergio Mosca, Managing Director PT PI.

Yang janggal adalah kombinasi kedua rodanya. Roda belakangnya menggunakan diameter 10 inci, tapi di depan pakai 11 inci. Wah, bakal susah nih cari ban berdiameter 11 inci. Umumnya, skubek pakai ring 14, 12 atau 10 inci kan?

Roda tadi dikawal suspensi single arm di depan dan sudah dipersenjatai dengan disk brake 200mm. Sedang di roda belakang masih pakai rem teromol. Tapi suspensi belakangnya memiliki empat pengaturan kekerasan.

First Ride Suzuki Hayate 125, Gambot Tapi Tetap Lincah!


Meski belum resmi di launching, namun redaksi motorplus-online.com mendapatkan kesempatan khusus untuk menjajal performanya Suzuki Hayate 125 di jalan raya. Penasaran? Yuks baca terus!

Bodi dan Desain

Sekilas Hayate 125 tak jauh berbeda dengan Suzuki Skywave. Perbedaan mencolok ada di beberapa bagian, seperti lampu depan yang besar dan lebar. Kemudian bentuk lampu belakang terpisah antara lampu rem dan lampu sein.

Bodi dan jok Hayate 125 pun lumayan lebar sehingga mantap untuk menopang bokong si rider ataupun boncenger. Jok lebar, pasti berhubungan dengan boks bagasi di bawahnya. Ukurannya pun sangat besar, helm half face bisa masuk bro!

Fitur dan Teknologi

Juga tak jauh berbeda dengan Skywave, fitur-fitur andalannya juga ikutan menempel pada Hayate 125. Secondary air filter, capasitor bank, serta bagasi besar yang bisa menampung helm full face menjadi andalan di skubek Hayate 125 ini.

Yang berbeda ialah sistem lampu utama yang otomatis menyala sejak mesin dinyalakan. Selain itu skubek ini juga sudah dilengkapi dengan kunci bagasi yang bisa langsung dibuka dari kunci kontak.

Oiya, untuk safety Hayate 125 juga telah dilengkapi Side Stand Switch, mesin tidak akan menyala bila standar samping belum terlipat sempurna.
Handling

Meski terbilang kurang proporsional karena body skubek gambot tapi dipadu dengan setang-nya yang tidak lebar. Namun, setang yang sempit ini justru membuat pengendalian lebih lincah.

Saat diajak bermanuver di jalan macet cukup mudah untuk berpindah arah. Apalagi roda 16 incinya membuat skubek yang memiliki wheelbase cukup panjang ini tetap stabil diajak menikung tajam.

Dengan diameter roda yang lebih besar ketimbang skubek lainnya di Indonesia, kenyamanan saat berjalan di jalanan rusak dan berlubang juga tetap terjaga.
Performa

Tarikan awal memang agak kurang responsif, namun nafas skutik ini cukup panjang, apalagi saat berada di atas kecepatan 50 km/jam. Tenaganya terasa enggak putus.

Saat berjalan sambil berboncengan pun tetap mantap. Dengan total berat dua orang, kurang lebih 130 kg, Hayate 125 mampu melesat menyentuh angka 90 km/jam dengan responsif.

Eh, belum sampai mentok throttle di buka, harus sudah melakukan pengereman karena jalanan macet. Disk brake satu piston di roda depan dan drum brake di belakang cukup sigap mengurangi kecepatan.

Sayangnya, pengetesan ini memang belum cukup lengkap, maklum belum resmi di launching. Tapi tenang, setelah skubek yang kabarnya bakal di lepas Rp 13,4 jutaan ini diluncurkan pada 31 Maret besok, redaksi akan melakukan pengetesan yang lebih mendalam. Sabar ya!

ABS Masa Depan Untuk Sepeda Motor, Makin Simpel


Antilock Bracking System (ABS) sudah banyak diaplikasikan pada sepeda motor. Salah satunya adalah di Honda CBR250R, tapi bila melihat secara detail perangkat ABS ini ternyata ribet! Tapi tenang, Bosch Jepang sedang mengembangkan perangkat ABS yang lebih simpel.

Pada Honda CBR250R ada ECU (electronic control unit) khusus ABS yang terpisah dengan ECU pengapian, lalu ada juga modulator yang mengatur tekanan fluida di masing-masing roda. Modulator ini diletakan di bawah jok pengendara dan cukup membutuhkan ruang.

Tapi Bosch Jepang, perusahaan yang khusus mengembangkan teknologi-teknologi terbaru ini mencoba menggabungkan semuanya dalam sebuah kesatuan. Pada gambar yang didapat dari Visor Down ini bisa dilihat ada sebuah master rem depan lengkap dengan tuasnya.

Bukan hanya master rem dengan katup solenoida saja, tapi juga sudah ada ECU dan sebuah pompa ABS yang terintegrasi jadi satu. Hasilnya, ukurannya hanya sedikit lebih besar dari master rem konvensional kan?

Hal yang sama juga tentunya bisa diaplikasikan pada ABS di roda belakang. Tapi yang menjadi kekhawatiran adalah, saat terjadi kecelakaan tuas rem dengan dan master rem sering kali mengalami kerusakan.

Nah, kalau yang ini yang rusak pasti akan jadi mahal biaya perbaikannya, di master rem-nya sudah ada ECU ABS-nya!